Apa yang akan terjadi dikala segala orang cuma minta saja dan tak pernah memberi? Susah membayangkan kehidupan masyarakat atau bangsa yang tak lagi dibangun sebab motivasi untuk memberi dan membagi serta menolong sesama atau orang lain.
Bayangkan dikala musibah alam terjadi, di Lombok dan di Palu — Donggala — Sigi sebab musibah gempa dan tsunami, kemudian masyarakat yang menderita tak ada yang mamu menolong dan memberi. Masyarakat yang tertimpa musibah alam sangatlah menderita, malah hidup antara mati dan hidup saja.
Yang menjadi korban yang masih hidup, dipastikan hidup terasa tak ada lagi arti dan gunanya. Terutama dikala harta miliknya ditelah oleh musibah, orang-orang yang dikasihi ditelan bumi atau tsunami. Mereka betul-betul susah untuk dapat memandang kehidupan ini menjadi bagus atau kuat lagi. Tanpa orang yang bersedia memberi dan menolong, mereka akan kian terjerembab dan menderita.
Saat menjadi kata kunci membantu orang yang sedang menderita sebab musibah atau sebab kemiskinan yang terjadi ditengah-tengah masyarakat. Saat menjadi jawaban kunci untuk memberdayakan orang yang tersisih menjadi lebih kuat dan mandiri hidupnya, dan pada suatu waktu akan menjadi pemberi-pemberi ulung bagi orang lain yang memerlukan.
Dalam kenyataannya bisa disaksikan dengan gampang bahwa aktifitas memberi itu akan menjadi sarana untuk mempersatukan orang dari bermacam-macam latar belakang yang berbeda, tetapi tujuannya sama yakni memberi untuk membantu dan menolong sesame.
Dapat disaksikan, sebuah negara dari Eropa, secara spontanitas menggalang bantuan dana dari untuk korban musibah alam gempa dan tsunami di Palu, dan dalam waktu singkat dana terkumpul, sekitar Rp. 500 Miliard, atau separuh triliun rupiah.
Ini sebuah bukti dari energi memberi itu betul-betul universal bagi golongan masayarakat yang sedang menderita. Fahamilah bahwa dikala seseorang cakap dan rela menyisihkan untuk memberi, karenanya pada dikala itu, dimansi kemanusiaan itu sama tataran bagi segala manusia diseluruh muka bumi ini, meskipun beda latar belakang, tradisi, bahasa, keyakinan, dan sebagainya.
Saat akan menyatukan umat manusia untuk membantu mereka yang memerlukan. Karena personal, berikut ini merupakan 4 manfaat yang betul-betul kuat mengubah dan memberi pengaruh kehidupan seseorang, sekiranya sungguh-sungguh dikerjakan dengan ikhlas dan tulus dan tentram selalu.
1. Memberi itu menyehatkan
Seseorang yang mempunyai tradisi memberi atau membagikan sesuatu yang diperlukan oleh orang lain akan menyehatkan jiwa, pikiran, emosional dan segala kepribadian yang dimilikinya.
Seseorang yang memberi senantiasa dikerjakan dalam situasi sukacita, bahagia, tentram dan dipenuhi oleh senyum, ketawa, muka berseri, tangan memelek, mengelus dan membelai dengan ikhlas.
Seseorang yang memberikan dengan ikhlas, dari hati yang terdalam dan malah segala keberadaannya, menikmati sensasi yang susah dilukiskan dengan kata-kata. Kenapa pada dikala menjalankannya, ada empati yang betul-betul tinggi dan dalam sehingga dikala memberikan sesuatu yang betul-betul diperlukan oleh orang lain, karenanya ikut serta menikmati nikmatnya pemberian itu.
Dikala Anda memberi terhadap orang lain yang memerlukan bantuan Anda, karenanya sebenarnya jiwa, psikologis, emosional dan pikiran Anda sedang mengalami pemfilteran, penyucian dan pembersihan dari bermacam-macam sifat negatif yang ada di dalam diri sendiri, seperti sifat egois, ketakutan, menyendiri, tak peduli, dan sebagainya.
2. Memberi akan memperkuat kekebalan tubuh
Ada sebuah hasil penelitian seputar akibat dari memberi atau menolong orang lain yang sedang sulit atau memerlukan bantuan. Penelitian ini melibatkan sekitar 3000 orang sukarelawan dan resume yang diperoleh merupakan bahwa “Saat atau membantu orang lain itu bisa mengurangi rasa sakit, stres, cakap meningkatkan endorfin dan kesehatan secara menyeluruh”.
Hasil penelitian lain mengatakan bahwa “mengerjakan sesuatu yang positif kepada orang lain yang memerlukan akan bisa memperkuat metode kekebalan tubuh dan sebaliknya orang kikir cenderung terserang penyakit”
Tidak orang yang kikir cenderung gampang terserang penyakit?. Kikir itu salah satu indikator dari sifat egoism yang dimiliki seseorang. Egois artinya cuma mementingkan diri sendiri, dan kepentingannya sendiri dan bukan orang lain.
Orang yang egois orientasi, pikiran, hatinya dan segala kepribadiannya cuma terpusat kedalam diri sendiri, dan sama sekali tak memandang orang lain yang memerlukan perhatian dan pertolongan.
Pada lazimnya, orang yang mempunyai sifat egois, umumnya cenderung betul-betul materialistis. Artinya perhatiannya pada dirinya sendiri senantiasa ditakar atau dievaluasi secara materi. Dan materi itu umumnya merupakan uang dan barang.
Orang yang egois betul-betul “tamak” kepada uang, dan ia akan mengerjakan apa saja demi menerima uang itu. Mereka mudah tertekan, stress malah depresi dikala uangnya tak ada ada, atau berkurang. Dan sebab gampang sekali stress karenanya tenaga bendung tubuh, kekebalan tubuh betul-betul kurang, dan dengan demikian akan gampang diserang oleh penyakit.
Jadi, orang yang kikir nan egois itu sebab umumnya cinta uang, sekiranya uangnya sedikit berkurang karenanya ia akan stress dan tubuhnya akan mengeluarkan hormon kortisol yang mengurangi kekebalan tubuh.
3. Memberi akan memperpanjang umur
Hasil-hasil penelitian lainnya juga menunjukkan bahwa dengan tradisi dan kesukaan memberi terhadap sesame bisa memperpanjang umur seseorang. Dengan aktivitas sosial dalam rangka membantu secara sukarela akan bisa meningkatkan kebugaran tubuh dan jasmani, yang pada walhasil tak mudah sakit dan angka keinginan hidup akan kian panjang.
Kisah klasik seputar umur hidup yang kian panjang sebab tradisi memberi dan menolong sesame merupakan Mr. Rockeffeler, familiar sebagai seorang kaya raya, tetapi kehidupannnya sama sekali jauh dari rasa senang, malah ia mengalami masa-masa panjang yang tak nyaman sebab susah tidur. Kemudian, pada walhasil dokter yang merawatnya memvonis hidupnya tak akan bertahan lama lagi.
Bagaimana sikap dan apa yang dikerjakan oleh seorang miliarder Rockeffeler mendengar vonis dari dokternya? membikin keputusan yang kontroversial dan sesuatu yang baru yang selama ini tak pernah dilakukannnya.
Rockeffeler memastikan merubah hidupnya, dan berupaya untuk menolong dan membantu orang lain, terpenting yang kaum papa, sulit, dan orang-orang miskin secara terus menerus, sehingga terjadi perubahan yang riil dalam kehidupannya.
Kesehatan Rockeffler berubah kian membaik, dan pun berlawanan dengan apa yang diperkirakan oleh dokter yang merawatnya. Dan budayanya memberi dan membantu orang lain, menjadi jalan utama sehingga ia dapat hidup hingga umur ke 98 tahun. meninggal dengan status yang betul-betul menginspirasi dunia sampai sekarang, yakni Rockeffeler sebagai pakar filantropi dan darmawan yang familiar.
4. Memberi akan mendatangkan kebahagiaan
Tanyakan apa yang dinikmati oleh orang-orang yang mempunyai tradisi menolong dan memberi terhadap sesama yang miskin, papa dan tersisih nan terpinggirkan. Mereka akan menjawab Anda bahwa memberi itu cakap mendatangkan kebahagiaan yangg luar awam, yang sensasional, yang susah dilukiskan dengan kata atau kalimat apa saja.
Bayangkan sebuah kondisi dan suasana kebatinan, dikala mengulurkan tangan untuk membantu dan berbagi karenanya Anda akan menikmati kebahagiaan yang mendalam. Bukan pada apa dan berapa besar dan benilai yang dikasih terhadap sesame, namun ketulusan hati, tatapan mata yang tentram, dan suasana hati yang tentram nan syahdu, karenanya hidup jauh lebih berarti.
mungkin dikala Anda memberi terhadap yang betul-betul memerlukan, emosional Anda akan terkuras habis. cukup kata berucap, namun perasaan Anda akan tercurah lewat air mata, tatapan ikhlas dan belaian halus serta pelukan lembut terhadap mereka yang dibantu, akan menjadi indikator legal dan kuat bahwa memberi itu memiliki energi yang betul-betul besar untuk mengubah apa saja.